Tuesday, April 28, 2009

Morning Tea

Kala pagi datang....mulai terang tapi matahari belum nampak. Apa yang biasa saya lakukan? Membuat teh hangat dan itu haruslah Green tea. Dalam sebuah poci teh, tuangi sedikit air hangat bukan mendidih, buang airnya, lalu tuangi air hangat lagi sesuai yang saya inginkan. Secangkir...dua cangkir. Lalu duduk di teras rumah yang teduh, sambil menatap kebun, menikmati udara pagi, kicauan burung, dan suasana yang tenaaaang dan masih agak gelap.

Lalu di Vietnam? Sama saja! bedanya saya tidak punya kebun yang bisa saya pelototi sambil menghirup secangkir green tea. Jadi ya sudah..melotot saja pada pemandangan bangunan "rungsep" di depan saya dan apartemen-apartemen lain yang menjulang sejauh mata memandang.... tetap saja sambil menikmati udara pagi dan langit kemerahan (karena dari apartemen ini bisa melihat matahari mulai bersinar... kadang dengan guratan merah yang muncul lapis demi lapis atau kalau agak siang dikit mendekati jam 6 pagi, malah mendapatkan bulatan bundar berwarna merah serupa Apel Gala )

Aroma teh hijau yang meruap di udara pagi...Hmmmmm sungguh menenangkan. sambil bersyukur betapa indahnya hidup ini. Aktivitas ini biasa saya lakukan sebelum memulai ritual selanjutnya yaitu jalan kaki pagi hari.
Di Saigon, saya biasa membeli teh hijau (tanpa campuran jasmin) di langganan saya membeli kopi di Bén Thành Market : Mai Ly







Mai Ly
Cửa Hàng 845-847
Chọ Bến Thành

Sunday, April 26, 2009

Jatuh Bangun Aku...

Judul di atas, sama sekali bukan judul lagu dangdut... kata-kata itu hanya untuk menggambarkan betapa "menantang" nya bagi saya - saya menolak menggunakan istilah "sulit" - melepaskan diri dari suntikan insulin (dan sesungguhnya betapa berat buat saya untuk mengakui kalau saya menggunakannya, entah...). Mimpi saya dari dulu adalah bebas suntikan insulin. Segalam macam bentuk diet saya gonta-ganti, belum juga menemukan yang pas. Waktu saya mempraktikan Food Combining, saya merasa oke. Masih menggunakan suntikan dengan jumlah unit insulin yang kecil, tapi masih berubah-ubah tergantung yang saya makan.

Sekarang ini saya mencoba Teh Cincau Prof. Darwin, salah satu syaratnya, tidak boleh makan buah. Secara saya sudah biasa sarapan apel kalau pagi, sekarang saya jadi bingung harus bagaimana. Sedang saya usahakan kalau pagi makannya cincau hijau, dengan pertimbangan dia tergolong sayur (kan dari daun...), berharap dengan kalori kecil, indeks glikemik juga kecil, tidak banyak naik turun di frekuensi gula darah pagi. Kalau siang masih sering makan sayur atau salad - perhatikan kata-kata saya :sering, bukan selalu - Yep, ada yang berubah dengan kesukaan saya makan sayur beberapa tahun terakhir, sering tidak konsisten, on-off gak keruan. Belum lagi saya sering tidak setia minum Teh Cincau nya, kadang-kadang bolong, atau malah sering-sering. Jatuh bangun aku...

Dan beberapa tahun terakhir, saya sering kembali makan daging, apalagi di Vietnam ini, kalau lagi makan Phở Bò alias sup bihun daging sapi, dan benda bundar kesukaan saya si Bánh Bào alias bakpao. Jatuh bangun aku...

Sebetulnya 7-8 tahun lalu, saya bukan penggemar kopi lagi sebetulnya, itu salah satu awal saya jadi pecinta Green Tea. Tapi saya juga lupa, sejak kapan saya menjadi Coffee Lover lagi, ingatan saya saja tak mampu melacaknya.... lalu itu menjadi makin parah begitu saya pindah ke Vietnam, gak saking di negara ini setiap meter ada warung kopi, kafe, dan sejenisnya. Pokoknya jual minuman kopi lah. Belakangan saya mulai selektif, tidak setiap kafe saya coba dan tidak sering ngopi. Pertama, kalau kafe lokal biasanya pasti kopi susu dengan susu kental manis. Meskipun mau dinamai Cappucino, pasti dengan susu kental manis. Kalau kafe dengan model Italian atau French, apalagi dengan menyebut kopi apa yang dipakai, barulah saya coba... Niatan mencoba juga sudah banyak surut, karena sudah tau kalau pun pengen minum kopi, tempat minum kopi apa yang sepatutnya saya datangi, sebab dari pengalaman bereksperimen ria itulah melahirkan kesimpulan, daripada buang-buang duit percuma, lalu kecewa pula, mendingan yang jelas-jelas aja. Malah kadang-kadang saya bikin sendiri di apartement, seperti halnya waktu di rumah. Meskipun sering-sering seminggu 1-2 kali minum kopi, tapi tadinya saya kan bisa gak minum kopi, kalau perlu sebulan penuh, bahkan kalau bisa selama nya.... Jatuh bangun aku.

Saya betul-betul niat pengen menjadi The New Me, The Raw Food Dieter, setidaknya The Whole Food Dieter dulu lah.... Mimpi saya hidup sehat, bebas suntikan, bahagia.... Jadi Jatuh Bangun aku

Thursday, April 23, 2009

Hakau... dan Segudang Sayuran











Hakau, merupakan jenis dim sum, yang umumnya berisi udang. Dim Sum memiliki arti "Touch the Heart", ini saya tahu setelah menonton sebuah program kuliner TV kabel di Travel & Living . Sering disebut juga Yum Cha, yang arti sesungguhnya adalah "Tea Drinking" dalam bahasa kanton.

Hakau merupakan sebutan dalam bahasa Indonesia, Há Cảo adalah nama vietnamnya, dan banyak nama lainnya seperti har gow , har gau,har kau, har gao, ha gao, ha gow, ha gau, har gaw, ha gaw, har kaw, ha gaau, har cow, or har gaau. Hampir mirip-mirip kan? jadi kalau meleset nyebut sedikit, masih bisa dimengerti oleh yang mendengar...Lol. see detail here: http://en.wikipedia.org/wiki/Har_gow; http://en.wikipedia.org/wiki/Dim_sum

Di Vietnam, hakau bisa dibuat dan dihidangkan seperti resep aslinya terutama di resto-resto cina, atau di toko-toko di pecinan. namun yang saya temukan hakau dalam versi vietnam agak beda dengan yang saya tahu, isinya bisa jadi melulu daging babi, dihidangkan dengan sejenis kecap yang rasanya agak manis, sambal botol dan rau răm, daun-daunan yang bentuknya mirip kangkung tapi kecil dan baunya harum.

Versi saya? Hakau, rau răm, cincangan daun selada, daunt mint dan tomat. Enak? yah..untuk penggemar sayur macam saya, asal sayur bagi saya enak-enak saja. Wong cincau hijau saja saya makan begitu saja tanpa apa-apa, yang buat orang-orang di apartemen bisa menimbulkan reaksi semacam "makan cincau saja...???". Ya sudah lah, toh apa-apa yang saya makan sudah lama menimbulkan banyak reaksi bagi orang-orang di sekitar saya. Gak makan nasi heran, makan sayur doang heran, makan cincau heran, minum susu tawar heran, melihat bentuk salad yang saya buat juga heran...

Nah, hakau dan segudang sayuran, sebetulnya juga dipicu oleh cara makan orang vietnam yang apa-apa doyan dihidangkan dengan se-kebun sayuran. Setelah melihat cara menghidangkan si hakau ini, saya pikir-pikir daripada si rau răm itu sendirian, kan lebih baik saya carikan teman-teman nya, sehingga akhirnya makan Hakau dan...segudang sayuran :)






Rau Răm





Maaf, foto lengkap Hakau segudang sayuran versi saya belum ada, sebab sudah keburu lenyap dalam perut sebelum ingat untuk memotret nya :D

Murah Meriah Sehat...Cincau!

Dalam rangka semakin meningkatkan kualitas hidup saya untuk semakin sehat, saya semakin rajin mencari alternatif makanan sehat terutama buat sarapan. Kenapa sarapan? Aha...! pertanyaan bagus. karena kalau siang hari saya makan salad, atau sup. Nah..kalau pagi saya masih bingung, makanan alami apa yang cocok buat sarapan. Sekali lagi ini memang korban peradaban, makanan harus digolong-golongkan mana yang cocok, pagi, siang, malam. Emangnya salad gak bisa buat pagi...ya bisa bisa aja sih. Lha wong di Vietnam aja bubur adanya malam, bukan pagi kayak di Indonesia, jadi jangan cari-cari bubur ayam di Vietnam pagi hari, jawabannya cuman "không có" alias "tidak ada/tidak tersedia/tidak punya" atau paling banter gelengan kepala, sambil menunjukkan menu lain yang tersedia. Intermezzo ini... ;)

Jadi, kembali ke sarapan... dulu sudah pernah nyoba ubi, bukannya bosen, cuman nyari variasi gitu lah. Nah..pilihan jatuh pada cincau. Pertimbangan memilih cincau adalah pertama cincau banyak seratnya, karena dibuat dari daun. kedua, dia sehat karena tergolong sayur..iya kan?. ketiga, rasanya segar, tidak eneg dan bisa dimakan sesukanya asal bukan satu baskom. Nah dengan semua kualitas itu pastinya dia alami kan? bener kan? lho saya kok jadi ragu sendiri.

Sama halnya dengan di Indonesia, di Vietnam tersedia 2 macam cincau yang hitam biasa disebut sương saó, dan yang hijau biasanya disebut sương sa atau sương sâm. Bedanya apa? Cincau hitam dibuat dari tumbuhan dari genus Mesona, terutama M. procumbens, M. chinensis yang banyak diproduksi di Tiongkok bagian selatan serta Indocina, atau M. palustris yang banyak digunakan di Indonesia, menghasilkan cincau hitam. Sedangkan Cincau hijau dari tumbuhan Cylea barbata Myers. Namun di Vietnam, cincau hijau dihasilkan dari tumbuhan Tiliacora triandra. (baca di sini untuk selengkapnya: http://en.wikipedia.org/wiki/Grass_jelly)

Ibu saya, kadang-kadang bikin sendiri cincau hijau, saya sih belum pernah melihat beliau bikin sendiri, karena waktu itu sudah tinggal di Surabaya, cuman beliau suka cerita bagaimana cara membuatnya, dengan meremas-remas daun cincau, hingga mengeluarkan lendir dan dibairkan membeku. Cincau hijau lebih lembek dan berair dibandingkan dengan cincau hitam, menurut yang saya baca, ini memang hasil dari perbedaan daun yang digunakan.

Entah karena nampak hijau, atau apa, pilihan saya cenderung pada cincau hijau, meskipun kadang-kadang saya suka juga cincau hitam, yang saya campurkan dalam susu kedelai, dimakan hangat-hangat waktu pagi....Hmmmmm

Apapun cincaunya, tetaplah sehat :D

beberapa literatur tentang cincau di bawah ini, silahkan dinikmati:

http://id.wikipedia.org/wiki/Cincau
http://ms.wikipedia.org/wiki/Pokok_Cincau_Hijau
http://wapedia.mobi/en/Grass_jelly